Social Icons

Pages

Rabu, 23 Januari 2013

Ringkasan manajemen biaya



RINGKASAN MENAJEMEN BIAYA
  Get Sponsored by Big Brands
  


Manajeman biaya membahas mengenai Ruang Lingkup Manajeman Biaya, Pengertian Biaya, Penggolongan Biaya, Aliran Biaya dalam Perusahaan Manufaktur, Analisis Startegik, dan Manajeman Biaya Strategi, penentuan Biaya Produk Berdasarkan Aktivitas (Activity Based Costing), Activity Based Management, life cycle costing, Biaya Kualitas dan Produktivitas, Manajemen Biaya dan Pembuatan Keputusan.
                       
*      Ruang lingkup manajemen biaya terdiri atas beberapa yaitu:
    Organisasi
Sebagai pengukuran dan pelaporan biaya produk atau jasa. Filosofi, sikap dan serangkaian teknik untuk memberikan nilai tambah organisasi melalui teknik-teknik manajemen kontenporer.
Ø  Manajemen Strategik
Sebagai dasar manajemen untuk membuat keputusan strategik yang tepat berkaitan dengan pemilihan produk, metode femanufakturan serta teknik dan saluran pemasaran.
Ø  Perencanaan dan pembuatan keputusan
Mendukung pengelolaan aliran kas, penganggaran pembelian bahan, penjadwalan produksi, dan penentuan harga jual.
Ø  Pengendalian manajemen dan pengendalian operasional
Sebagai dasar evaluasi terhadap para manajer tingkat menegah oleh para manajer di atasnya, sedangakan pengendalian operasional untuk mengidentivikasikan operasional perusahaan yang tidak efisien.
Ø  Penyajian laporan keuagan
Sebagai persyaratan pelaporan yang di keluarkan industri sejenis atau kelompok propesional yang relevan.

*      Manajemen biaya merupakan suatu sistem yang di desain untuk menyediakan informasi baik bersifat keuangan (pendapatan dan biaya) maupun non keuangan (kualitas dan produktivitas) bagi manjemen untuk identifikasi peluang-peluang penyempurnaan, perencanaan strategik dan pembuatan keputusan operasional mengenai pengadaan dan pengunaan sumber-sumber yang di pergunakan oleh organisasi. Manajemen biaya juga merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang menunjukkan adanya hubungan dengan sistem lainnya seperti sistem desain dari pengembangan, sistem pembelian dan produksi, sistem pelayanan konsumen serta sistem pemasaran dan distribusi.


*      Manajemen Biaya bermamfaat bagi mamajemen untuk:
1.    Perencanaan dan pengendalian
2.    Menbantu manajemen dalam meningkatkan ketertelusuran biaya
3.    Memmbantu manajemen dalam mengoptimalkan kinerja daur hidup secara total
4.    Memmbantu manajemen dalam pembuatan keputusan
5.    Membantu manajemen dalam proses manajemen investasi
6.    Membantu manajemen dalam mengintegrasikan kreteria pengukuran kinerja non keuagan  ke dalam kinerja keuangan ke dalam kinerja keuangan agar terjamin konsistensinya.
7.    Membantu manajemen dalam mengorganisasi berbagai tingkat otomasi.
*      Mamfaat lain dari manajemen biaya adalah membantu perusahaan dalam menerapkan teknik manajemen baru seperti Bencharking, Total Quallity Management, Continous Improvement, Activity Based Costing dan Activity Based Management, Reengineering, Theory of Constraint, Mass Customization, Target Costing, Life Cycle Costing, dan Balanced Scorecard.

*      Lingkungan bisnis kontenporer dan pengaruhnya terhadap manajemen biaya
Perubahan-perubahan lingkungan bisnis:
Ø  Meningkatnya kompetisi global
Kecangihan teknologi informasi misalnya E-commerce, internet, leleconference, serta software yang di rancang khusus untuk berbagai kepentingan.
Ø  Kecanggihan teknologi informasi dan manufakturan
Kecanggihan pemanufakturan misalnya terintegrasi komputer dalam desain, rekayasa dan proses produksi atau  Computer integrated manufacturing (CIM): misalnya desain produk dengan bantuan komputer atau Computer Aided Design (CAD), teknik rekayasa produk dengan bantuan komputer atau Computer Aided Engineering (CAE), produk diproduksi dengan bantuan komputer atau Computer Aided Manufacturing (CAM).
Ø  Fokus pada pelanggan
Ø  Bentuk baru organisasi manajemen
Ø  Perubahan sosial, politik, dan lingkungan budaya.

*      KARAKTERISTIK BIAYA, PENGERTIAN BIAYA, PENGGOLONGAN BIAYA, DAN ALIRAN BIAYA DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Konsep biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda (different costs are used for different purposes), merupakan konsep yang penting dalam akuntansi manajemen dan manajemen biaya. Tujuan memperoleh informasi biaya digunakan untuk proses perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan.

*      KARAKTERISTIK DAN PENGERTIAN BIAYA
Karakteristik yang melekat pada istilah biaya (Cost) sebagai berikut:
1) Cost merupakan pengukur (a measurement) dalam unit moneter suatu sumber ekonomi yang digunakan atau dikorbankan untuk tujuan tertentu;
2) Cost dinyatakan dalam unit moneter khususnya dalam kerangka akuntansi sebagai penyedia informasi kuantitatif;
3) Pengukuran cost selalu dihubungkan dengan suatu fokus atau objek atau dengan tujuan atau pusat perhatian;
4) Secara fisik, kesatuan usaha menguasai dan mengelola sumber ekonomi
yang disebut aktiva;
5) Sebagai dasar pengukuran, cost tidak mempunyai konotasi sebagai
sesuatu hal yang negatif (mengurangi).

*      Pengertian Biaya (Cost) yang sebenarnya dalam konteks akuntansi sebagai penyedia informasi adalah hasil pengukuran dalam unit moneter suatu objek dan cost tercipta karena adanya kejadian ekonomik dalam suatu unit organisasi.
*      PENGGOLONGAN BIAYA
1) Berdasarkan Obyek :
a. Biaya langsung (Direct cost)
b. Biaya tidak langsung (Indirect cost)
2) Berdasarkan periode mempertemukannya dengan pendapatan:
a. biaya produk (product cost);
b. biaya perioda (period cost).
3) Berdasarkan Fungsi Pokok Perusahaan:
a. biaya produksi;
b. biaya pemasaran;
c. biaya administrasi dan umum.
4. Berdasarkan Hubungannya dengan Volume Kegiatan:
a. Biaya tetap (fixed cost);
b. Biaya variabel (variable cost);
c. Biaya semi variabel (semi variable cost);
5. Berdasarkan Waktu:
a. Biaya periode sekarang atau pengeluaran penghasilan (revenue expenditure);
b. Biaya periode yang akan datang atau pengeluaran modal (capital expenditure).
6.Berdasarkan Hubungannya dengan Perencanaan, Pengendalian, dan  Pembuatan Keputusan:
a. Biaya standar (standard cost) dan biaya dianggarkan (predetermine cost);
b. Biaya terkendali (controlable cost) dan biaya tidak terkendali (uncontrolable   cost);
c. Biaya tetap committed dan discretionary;
d.Biaya relevan (relevant cost) dan Biaya tidak relevan (irrelevant cost);
e.Biaya diferensial (differential cost);
f. Biaya kesempatan (opportunity cost),
g. Biaya masa lalu dan biaya masa datang (historical cost and future cost);
h. Biaya terhindarkan dan biaya tak terhindarkan (avoidable and unavoidable cost).

*      RERANGKA ANALISIS STRATEGI KOMPETITIF
1)    Strategi Keunggulan Biaya
Keunggulan pada biaya produksi merupakan strategi perusahaan menghadapi pesaingnya dengan cara memproduksi barang atau jasa pada biaya yang paling rendah.
Kelemahan utama dari strategi cost leadership adalah kecenderungan untuk mereduksi biaya yang dapatmenjatuhkan permintaan terhadap barang dan jasa,contohnya dengan menghilangkan model-model penting. Strategi ini akan tetap kompetitif hanya jika pelanggan melihat bahwa barang atau jasa yang
dihasilkannya sama (minimal mendekati) dengan produk pesaing yang harganya lebih tinggi.
2)    Strategi Diferensiasi
Strategi diferensiasi diimplementasikan dengan cara menciptakan persepsi pelanggan bahwa barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan bersifat unik, dalam hal tertentu yang penting, biasanya kualitas yang lebih tinggi.
Persepsi ini menyebabkan perusahaan dapat menentukan harga yang lebih tinggi dapat bersaing dalam perolehan laba tanpa menurunkan biaya secara signifikan.
Kelemahan utama strategi diferensiasi terletak pada kecenderungan perusahaan untuk menurunkan biaya produk atau mengabaikan rencana pemasaran yang agresif dan kontinyu, kecenderungan tersebut dapat menjatuhkan kekuatannya.
Jika pelanggan mulai yakin bahwa perbedaan dengan produk pesaing tidak lagi signifikan, maka biaya produk yang lebih rendah akan lebih menarik bagi pelanggan.
3)    Strategi Fokus
Strategi ini diimplementasikan dengan cara memberi target pada perusahaan, perhatian yang serius pada segmen pasar tertentu, misalnya melalui jenis pelanggan, lini produk dan geografi. Strategi ini digunakan untuk memilih peluang pasar dimana persaingannya tidak ketat atau perusahaan memiliki keunggulan kompetitif karena teknologi atau bentuk lain dari diferensiasi. Perusahaan yang menerapkan strategi fokus memperoleh kesuksesan dengan cara menghindari persaingan secara langsung. Perusahaan tersebut mempunyai diferensiasi yang kuat atau keunggulan dalam hal biaya yang lebih rendah dalam segmen pasarnya. Kelemahan utama dari strategi fokus adalah peluang bisa saja tibatiba hilang karena adanya perubahan teknologi dalam industri atau adanya perubahan pada selera pelanggan.
*      FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN KRITIS (Critical Success Factors)
Indentifikasi strategi kompetitif untuk perusahaan tertentu dapat diterapkan dalam tiga tahap yaitu:
Tahap 1: Melakukan analisis strategik terhadap perusahaan dengan menggunakan analisis SWOT. Apa saja kekuatan dan kelemahan perusahaan, peluang serta tantangannya? Menentukan
strategi kompetitif dan faktor-faktor keberhasilan kritis yang dimiliki perusahaan.
Tahap 2: Mengembangkan ukuran yang relevan dan dapat dipercaya untuk faktor-faktor keberhasilan kritis yang telah diidentifikasikan pada tahap pertama.
Tahap 3: Mengembangkan sistem informasi biaya strategik untuk mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan dan untuk melaporkan faktor-faktor keberhasilan kritis kepada para manajer yang sesuai.

*      Analisis Value-Chain
Analisis value-chain merupakan alat analisis strategik yang digunakan untuk memahami secara lebih baik terhadap keunggulan kompetitif, untuk mengidentifikasi di mana nilai pelanggan dapat ditingkatkan atau penurunan biaya, dan untuk memahami secara lebih baik hubungan perusahaan dengan pemasok/supplier, pelanggan, dan perusahaan lain dalam industri sehingga menjadikan perusahaan lebih kompetitif.
*      Sifat value-chain tergantung pada sifat industri dan
berbeda-beda untuk perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan organisasi yang tidak berorientasi pada laba.

*      PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)
Activity-based costing (ABC) membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi terhadap aktivitas. Sistem ini menggunakan dasar pemikiran bahwa produk atau jasa perusahaan diperoleh melalui pelaksanaan aktivitas dan aktivitas tersebut membutuhkan biaya.
Setelah sumber daya dibebankan ke aktivitas, aktivitas kemudian dibebankan ke obyek biaya sesuai dengan penggunaannya. ABC mengakui hubungan sebab akibat antara cost driver dengan aktivias.
Langkah-langkah penting yang harus ditempuh dalam pendesainan sistem ABC yaitu:
1) business process analysis,
2) activity-based process costing dan
3) activity-based object costing.

Business process analysis, dilakukan identifikasi dan pemetaan berbagai aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menjalankan bisnis
Activity-based process costing dilakukan pembebanan seluruh sumber daya ke setiap aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya tersebut melalui direct tracing, driver tracing atau alokasi. Dari
pembebanan ini diperoleh informasi total biaya setiap aktivitas (activity cost). Informasi total biaya setiap aktivitas ini dimanfaatkan untuk penilaian kinerja personel dalam melakukan improvement
terhadap proses yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer.
Activity based object costing, total biaya setiap aktivitas tersebut dibebankan ke cost object yang mengkonsumsi aktivitas yang bersangkutan dengan mengalikan activity cost rate dengan activity
driver quantity yang dikonsumsi oleh cost object.

Sistem ABC dalam penentuan biaya produk (biaya overhead) melalui prosedur dua tahap yaitu:
1) identifikasi cost pools,
2) pembebanan biaya aktivitas dimana biaya aktivitas dibebankan ke produk atau jasa dengan menggunakan cost drivers yang tepat pada setiap cost pool.
Tahap pertama: Biaya overhead dibebankan ke aktivitas yang signifikan dalam satu cost pools atau kelompok aktivitas dengan cost driver yang tepat.
a. Cost pools dikelompokkan ke dalam beberapa kategori:
Unit level yaitu aktivitas yang harus dikerjakan untuk setiap unit produk yang dihasilkan. Biaya aktivitas unit level bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Contoh pemakaian jam kerja langsung, pemakaian bahan baku, inspeksi setiap unit dan aktivitas menjalankan mesin cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit produksi.
b.  Batch level yaitu aktivitas yang terbentuk dari setiap batch proses produksitanpa memperhatikan berapa unit yang ada dalam batch, contoh order produksi, setup peralatan dan jaminan kualitas. Biaya pada batch level tergantung pada jumlah batch yang diproses bukannya pada jumlah unit produksi, jumlah unit yang dijual atau ukuran volume yang lain.
c. Product-sustaining level yaitu aktivitas yang berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau berapa unit yang diproduksi atau dijual. Contoh aktivitas untuk
desain produk, mengiklankan produk, biaya untuk manajer dan staf produksi.
d. Facility level yaitu aktivitas yang diharuskan untuk mendukung proses produksi. Contoh biaya pemeliharaan pabrik dan biaya depresiasi. Tahap kedua: pada tahap ini proses pembebanan biaya aktivitas ke objek biaya dengan megngidentifikasi setiap cost driver untuk setiap aktivitas yang memiliki korelasi tinggi dalam satu level. Aktivitas memiliki korelasi tinggi apabila aktivitas tersebut cenderung terjadi bersamaan. Contoh jumlah order konsumen yang diterima akan memiliki korelasi tinggi dengan jumlah pengiriman berdasarkan order konsumen, sehingga kedua aktivitas ini harus digabung.

*      Manfaat activity based costing adalah:
1. Untuk menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, yang mengarahkan kepada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat  dan kepada keputusan strategik yang lebih baik tentang penentuan
harga jual, lini produk, pasar dan pengeluaran modal.
2. Untuk menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh adanya aktivitas, hal ini dapat membantu manajemen untuk meningkatkan “nilai produk” dan nilai “proses” dengan
membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk dan pengendalian biaya secara lebih baik.
3. Untuk memudahkan manajer memberikan informasi tentang biaya relevan untuk pembuatan keputusan bisnis.
Kelemahan activity-based costing adalah:
1. ABC sangat mahal untuk dikembangkan
2. ABC membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pengembangan dan implementasinya.

*      ACTIVITY-BASED MANAGEMENT
Activity-based management (ABM) dimulai dari pemahaman yang mendalam personel tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. Proses analisis nilai merupakan pendekatan untuk memahami aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customernya.
Ø  Analisis pemacu
Usaha untuk mencari faktor penyebab timbulnya biaya suatu aktivitas
Ø  Analisis aktivitas
Proses identifikasi, visualisasi dan evaluasi aktivitas yang dilaksanakan organisasi.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk melakukan analisisaktivitas yaitu: 1) aktivitas apa yang dikerjakan, 2) berapa orang terlibat dalam aktivitas tersebut, 3) waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas, 4) rekomendasi untuk memilih dan mempertahankan aktivitas bernilai tambah.
Ø  Pengelolaan aktivitas
Bertujuan untuk mengurangi dan mengeliminasiaktivitas yang tidak bernilai tambah dan mengefisienkan aktivitas bernilai tambah
Ø  Pengukuran kinerja
didesain untuk menilai bagaimana aktivitas dilaksanakan dan hasil yang diperoleh baik dalam bentuk keuangan dan non keuangan

Activity-based management (ABM) adalah pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai (value) yang diterima oleh pelanggan dan untuk meningkatkan laba melalui peningkatan nilai (value) tersebut. ABM menggunakan activity-based costing (ABC) sebagai sumber informasi utamanya
untuk identifikasi peluang perbaikan aktivitas perusahaan yang tidak bernilai tambah (non value added activity).
*      KELEBIHAN ACTIVITY-BASED MANAGEMENT (ABM)
1. ABM mengukur efektivitas proses dan aktivitas bisnis kunci dan mengidentifikasi bagaimana proses dan aktivitas tersebut dapat diperbaiki untuk menurunkan biaya dan meningkatkan nilai (value) bagi pelanggan
2. ABM memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasika sumber daya untuk menambah nilai aktivitas kunci, pelanggan kunci, produk kunci, dan metode untuk mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan.
3. ABM menggunakan analisis cost driver, analisis aktivitas, pengelolaan aktivitas, dan pengukuran kinerja.

*      LIFE-CYCLE COSTING
Siklus hidup produk (product life cycle) harus diperhatikan dalam dua aspek yaitu: biaya selama siklus hidup produk (cost life cycle) dan penjualan selama siklus hidup produk (sales life cycle). Cost life cycle merupakan urutan aktivitas dalam perusahaan mulai dari riset dan pengembangan, desain, produksi (atau penyediaan jasa), pemasaran/distribusi, dan pelayanan kepada pelanggan ditinjau dari perspektif biaya yang timbul pada setiap aktivitas. Sales life cycle merupakan urutan atau fase-fase hidup produk dan jasa di pasar mulai dari pengenalan produk atau jasa, pertumbuhan dalam penjualan dan akhirnya kematangan, penurunan dan penarikan dari pasar. Penjualan, pada saat pertama kecil kemudian memuncak pada fase kematangan (maturity) dan kemudian menurun (decline).

*      MANAJEMEN BIAYA SELAMA COST LIFE CYCLE
Industri Jepang dan perusahaan di dunia semakin banyak menggunakan ”target costing”. The Cadillac division General Motor
Corporation; Toyota; Mercedes-Benz; Compaq Computer Inc.; Intel, Inc; adalah contoh perusahaan yang menggunakan “target costing”.
Perusahaan semakin menyadari bahwa merupakan hal yang sulit untuk bersaing secara sukses dalam hal cost leadership atau diferensiasi; mereka harus bersaing baik dalam hal harga maupun fungsionalitas.
Ø  Target costing merupakan cara yang sangat bermanfaat untuk mengelola kebutuhan terhadap trade-off antara peningkatan fungsionlitas dan semakin tingginya biaya. Lima tahap untuk implementasi target costing yaitu:
1. Menentukan harga pasar
2. Menentukan laba yang diharapkan
3. Menghitung target biaya (target cost) pada harga pasar dikurangi  laba yang diharapkan.
4. Menggunakan rekayasa nilai (value) untuk mengidentifikasi cara yang dapat menurunkan biaya produk.
5. Menggunakan kaizen costing dan pengendalian operasional untuk
terus menurunkan biaya.

Ø  Teori Kendala (Theory of Constraint). Teori ini berfokus pada aktivitas produksi atau pemanufakturan. Teori kendala dikembangkan oleh Goldratt and Cox untuk membantu para manajer meningkatkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.
Teori ini memfokuskan perhatian manajer pada kendala atau pemborosan, yang memperlambat proses produksi. Gagasan utama adalah perusahaan sukses dengan cara memaksimumkan tingkat output produksi secara keseluruhan, yang disebut “throughput” perusahaan. Throughput didefinisikan sebagai penjualan dikurangi biaya bahan langsung, yang meliputi pembelian komponen dan biaya penanganan bahan.
Teori kendala mengarahkan perhatian manajer pada kecepatan
bahan baku dan komponen yang dibeli diproses menjadi produk akhir dan diserahkan kepada pelanggan. Teori kendala menekankan perbaikan “throughput” dengan cara mengubah atau menurunkan pemborosan dalam proses produksi yang memperlambat tingkat output yang dihasilkan. Proses produksi dan distribusi yang tidak mempengaruhi “throughput” bukan merupakan kendala yang mengikat sehingga perhatian pada hal-hal tersebut lebih rendah dibandingkan perhatian terhadap pemborosan atau kendala mengikat. Teori kendala
menggunakan pendekatan jangka pendek untuk analisis profitabilitas
karena hanya memfokuskan pada komponen biaya bahan baku saja.
Lima tahap dalam analisis teori kendala yaitu:
1. Mengedentifikasi kendala yang mengikat
2. Menentukan pemanfaatan yang paling efisien untuk setiap kendala
yang mengikat
3. Mengelola aliran sepanjang kendala mengikat
4. Menambah kapasitas pada kendala yang mengikat
5. Merancang ulang proses pemanufakturan ke arah fleksibilitas dan
througput” yang cepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates