BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Terjadinya kegagalan pada model pembangunan pada masa lalu,
menyadarkan akan perlunya reorientasi baru dalam pembangunan, yaitu pendekatan
pembangunan yang memperhatikan lingkungan dan pembangunan yang berwajah
manusiawi. Pendekatan tersebut menempatkan manusia sebagai factor kunci yang
memainkan peran penting dalam segala segi. Proses pembangunan hendaknya sebagai
suatu proses yang populis, konsentrasi pembangunan lebih pada ekonomi
kerakyatan, dengan mengedepankan fasilitas pembangunan pada usaha rakyat kecil.
Bertolak dari model pembangunan yang Humanize tersebut maka
dibutuhkan program-program pembangunan yang memberikan prioritas pada upaya
memberdayakan masyarakat. Dalam konteks Good Governance ada tiga pilar yang
harus menopang jalannya proses pembangunan, yaitu masyarakat sipil, pemerintah
dan swasta. Oleh karena itu SDM/ masyarakat menjadi pilar utama yang harus
diberdayakan sejak awal.
Dalam pembangunan perekonomian rakyat untuk memberdayakan
rakyat hendaklah disertai transformasi secara seimbang, baik itu transformasi
ekonomi, social, budaya maupun politik. Sehingga akan terjadi keseimbangan
antara kekuatan ekonomi, social dan budaya. Dengan adanya pemberdayaan,
masyarakat dapat menjalankan pembangunan dengan diberikan hak untuk mengelola
sumber daya yang ada. Masyarakat miskin diberikan kesempatan untuk merencanakan
dan melaksanakan pogram pembangunan yang telah mereka tentukan. Dengan demikian
masyarakat diberi kekuasaan untuk mengelola dana sendiri, baik yang berasal
dari pemerintah maupun pihak lain.
Menurut Winarni dalam Sulistiyani (2004:79), inti dari
pemberdayaan ada tiga hal, yaitu pengembangan (enabling), memperkuat potensi
atau daya (empowering), dan terciptanya kemandirian. Pada hakikatnya
pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat dapat berkembang. Setiap masyarakat pasti memiliki daya, akan tetapi
masyarakat tidak menyadari, atau bahkan belum diketahui.
Orientasi mereka, pada umumnya, hanya pada upaya-upaya
menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai. Sebagian besar anggota masyarakat
memiliki persepsi dan harapan bahwa output dari lembaga pendidikan dapat
menjadi pekerja (karyawan, administrator atau pegawai) oleh karena dalam
pandangan mereka bahwa pekerja (terutama pegawai negeri) adalah priyayi yang
memiliki status sosial cukup tinggi dan di segani masyarakat sekitr. Akan
tetapi, melihat kondisi objektif yang ada, persepsi dan orientasi di atas musti
diubah karena sudah tidak lagi sesuai dengan perubahan maupun tuntutan
kehidupan yang berkembang sedemikian kompetitif. Pola berpikir dan orientasi
hidup kepada pengembangan kewirausahaan merupakan suatu yang mutlak untuk mulai
dibangun, paling tidak dengan melihat realitas sebangai berikut:
1. Senantiasa terjadi
ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah angkatan kerja setiap tahun jika
dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja yang ada. Tentu saja kondisi
seperti ini akan mengakibatkan persaingan yang semakin ketat dalam upaya
mendapatkan pekerjaan. Sementara hidup ini tetap harus berjalan dan penghasilan
tetap harus dicari untuk menutup berbagai kebutuhan hidup yang kian mahal.
2. Yang dibutuhkan dalam
menghadapi tantangan di era global ini adalah manusia mandiri (independent)
yang memiliki keunggulan kompetitif maupun komparatif, mampu membangun
kemitraan sehingga tidak menggantungkan pada orang lain. Menurut Samuel
Hutington, di sini hukum insani berlaku, bahwa yang mampu bertahan adalah mereka
yang berkualitas (bukan yang kuat).
3. Posisi pekerja, karyawan, dan
pegawai (pada umumnya di negara berkembang) sering berada pada posisi yang
lemah dan ditempatkan sebagai alat produksi (subordinasi) sehingga tidak
memiliki daya tawar yang seimbang. Bekerja sebagai karyawan/pegawai dapat
mencerminkan jiwa pemalas. Sebaliknya, ia malah tidak dapat mengembangkan ide
dan visi selama ia bekerja untuk orang lain.
Berdasarkan asumsi tersebut
maka pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya, dengan cara mendorong,
memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta
berupaya untuk mengembangkannya dengan
dilandasi proses kemandirian.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang di atas, maka masalah-masalah yang akan di bahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apakah yang di maksud dengan
pengelolaan dan kewirausahaan?
2. Bagaimanakah ciri dan watak
dalam kewirausahaan?
3. Bagaimanakah tahap-tahap dan
proses dalam kewirausahaan?
4. Bagaimanakah aspek
berwirausaha?
5. Bagaimakah kegiatan
kewirausahaan menurut pandangan Islam?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah yang tersebut di atas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk menjelaskan pengertian
pengelolaan dan kewirausahaan.
2. Untuk mengidentifikasikan
ciri dan watak dalam kewirausahaan.
3. Untuk menjelaskan dan
mengidentifikasikan tahap-tahap dan proses dalam berwirausaha.
4. Untuk mengetahui aspek dalam
berwirausaha.
5. Untuk menjelaskan dan
mengidentifikasi kegiatan kewirausahaan menurut pandangan Islam.
D. Mamfaat
Penulisan.
Ø
Bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan dan
wawasan akan ciri dan watak berwirausaha. Selain itu juga, wawasan akan
berwirausaha menurut pandangan Islam semakin jelas dan dapat meningkatkan
motivasi dalam berwirausaha.
Ø
Bagi masyarakat dan pembaca
1. Meningkatkan pengetahuan dan
wawasan akan kewirausahaan beserta proses-prosesnya.
2. Menumbuhkan dan meningkatkan
motivasi untuk mulai dan terus berwirausaha..
3. Meningkatkan pengetahuan akan
kewirausahaan menurut pnadangan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengelolaan dan
Kewirausahaan
1. Pengertian pengelolaan
Pengelolahan=Manajemen
Telah banyak toko-toko yang telah
mendefenisiskan manajemen di antaranya:
Manajemen adalah suatu proses
yang khusus yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber-sumber lainnya (G.R. Terry).
Manajemen merupakan
serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan
dan mengembangkan terhadap segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan
sumberdaya manusia, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.(Stoner, 1981).
Dari beberapa defenisi
mengenai manajemen dapat dikatakan bahwa manajemen adalah proses yang
sistematis, terkoordinasi, koperatif dan terintegrasi demi mencapai suatu tujuan.
2. Pengertian kewirausahaan
Kewirausahaan
pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-penemuan baru seperti
mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan
perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas. Keuntungan dan kekayaan
bukan tujuan utama. Jika di artikan secara estimologi kata wirausaha
terdiri dari kata Wira, dan usaha. Wira/Prawira berarti manusia unggul,
teladan, budi luhur, berjiwa besar, berani, dan pahlawan kemajuan serta
mempunyai keagungan watak. Sedangkan Usaha adalah sebuah upaya untuk
menciptakan, menambah atau mengembangkan sesuatu dengan tujuan untuk merubah
keadaan supaya menjadi lebih baik. Dan telah banyak toko-toko besar yang
mendefenisikan kata berwirausaha ataupun kewirausahaan diantaranya:
Secara sederhana
arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil
resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil
resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa
takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).
Richard Cantillon (1775)
Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang
wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada
masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih
menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian.
Jean Baptista Say (1816)
Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi
dan menemukan nilai dari produksinya.
Frank Knight (1921)
Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi
ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada
dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan untuk melaksanakan
fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.
Jadi dapat di defenisikan bahwa wirausaha merupakan segala proses yang
dilakukan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh
waktu dan tenaganya disertai menanggung resiko dan mengembangkan sesuatu dengan
tujuan melakukan perubahan menjadi lebih baik. Sedangkan wirausahawan adalah orang yang merubah nilai
sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih
besar daripada sebelumnya dan juga orang yang melakukan perubahan, inovasi dan
cara-cara baru. Sedangkan Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses
penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu
yang diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang
menyertainya, serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.
B. Ciri-ciri,
watak serta karakteristik kewirausahaan
1.
Ciri-ciri
Kewirausahaan
• Percaya diri.
• Berorientasi pada tugas dan hasil.
• Pengambilan resiko.
• Kepemimpinan.
• Keorisinilan.
• Berorientasi ke masa depan.
Ciri-ciri wirausaha yang
berhasil (Kasmir, 27 – 28)
1.
Memiliki
visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan
arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh
pengusaha tersebut.
2.
Inisiatif
dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya
menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang
sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
3.
Berorientasi
pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik
daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta
kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha
yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.
4.
Berani
mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha
kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.
5.
Kerja
keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di
situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu
kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu
mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan
tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
6.
Bertanggungjawab
terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan
datang. Tanggungjawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi
juga moral kepada berbagai pihak.
7.
Komitmen
pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus
ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk
segera ditepati dana direalisasikan.
8.
Mengembangkan
dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan
langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu
dlijalankan, antara lain kepada : para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta
masyarakat luas.
Dari analisis pengalaman di
lapangan, ciri-ciri wirausaha yang pokok untuk dapat berhasil dapat dirangkum
dalam tiga sikap, yaitu:
1. Jujur, dalam arti berani
untuk mengemukakan kondisi sebenarnya dari usaha yang dijalankan, dan mau
melaksanakan kegiatan usahanya sesuai dengan kemampuannya. Hal ini diperlukan
karena dengan sikap tersebut cenderung akan membuat pembeli mempunyai
kepercayaan yang tinggi kepada pengusaha sehingga mau dengan rela untuk menjadi
pelanggan dalam jangka waktu panjang ke depan.
2. Mempunyai tujuan jangka
panjang, dalam arti mempunyai gambaran yang jelas mengenai perkembangan akhir
dari usaha yang dilaksanakan. Hal ini untuk dapat memberikan motivasi yang
besar kepada pelaku wirausaha untuk dapat melakukan kerja walaupun pada saat
yang bersamaan hasil yang diharapkan masih juga belum dapat diperoleh.
Selalu taat berdoa, yang
merupakan penyerahan diri kepada Tuhan untuk meminta apa yang diinginkan dan
menerima apapun hasil yang diperoleh. Dalam bahasa lain, dapat dikemukakan
bahwa ”manusia yang berusaha, tetapi Tuhan-lah yang menentukan !” dengan
demikian berdoa merupakan salah satu terapi bagi pemeliharaan usaha untuk
mencapai cita-cita.
Kompetensi perlu dimiliki oleh wirausahawan seperti halnya profesi lain dalam
kehidupan, kompetensi ini mendukungnya ke arah kesuksesan. Dan & Bradstreet
business Credit Service (1993 : 1)
2.
Watak
Kewirausahaan
• Keyakinan, ketidaktergantungan, individualistis, dan optimisme.
• Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat,
energetik dan inisiatif
• Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan suka tantangan
• Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran saran
dan kritik
• Inovatif dan kreatif serta fleksibel.
• Pandanga ke depan, perspektif.
Dalam konteks bisnis, seorang
entrepreneur membuka usaha baru (new ventures) yang menyebabkan munculnya
produk baru atau ide tentang penyelenggaraan jasa-jasa. Karakteristik tipikal
entrepreneur menurut Schermerhorn Jr, 1999 meliputi empat hal yaitu:
1. Lokus pengendalian internal
2. Tingkat energi tinggi
3. Kebutuhan tinggi akan prestasi
4. Toleransi terhadap ambiguitas
C. Tahap-tahap dan Proses dalam
Kewirausahaan
1.
Tahap-tahap
Kewirausahaan
Secara umum tahap-tahap
melakukan wirausaha
a) Tahap memulai, tahap di mana
seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah
membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Juga
memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri /
manufaktur / produksi atau jasa.
b) Tahap melaksanakan usaha atau
diringkas dengan tahap “jalan”, tahap ini seorang wirausahawan mengelola
berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek : pembiayaan,
SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil
resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
c) Mempertahankan usaha, tahap
di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis
perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang
dihadapi.
d) Mengembangkan usaha, tahap di
mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami perkembangan
atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang
mungkin diambil.
2. Proses
kewirausahaan
Menurut
Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996 : 3), proses kewirausahaan diawali
dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik
yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan,
sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut
membentuk locus of control, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan
pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausaha yang besar. Secara
internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu,
seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman.
Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi diantaranya
model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembangan
menajdi kewirausahaan melalui proses yang dipengrauhi lingkungan, organisasi
dan keluarga (Suryana, 2001 : 34). Secara ringkas, model proses kewirausahaan
mencakup tahap-tahap berikut (Alma, 2007 : 10 – 12):
a)
proses inovasi
v b)
proses pemicu
c)
proses pelaksanaan
d)
proses pertumbuhan
D. Aspek-aspek kewirausahaan
Berdasarkan analisis pustaka
terkait kewirausahaan, diketahui bahwa aspek-aspek yang perlu diperhatikan
dalam melakukan wirausaha adalah:
a) Mencari peluang usaha baru :
lama usaha dilakukan, dan jenis usaha yang pernah dilakukan.
b) pembiayaan : pendanaan –
jumlah dan sumber-sumber dana,
c) SDM : tenaga kerja yang dipergunakan,
d) kepemilikan : peran-peran
dalam pelaksanaan usaha,
e) organisasi : pembagian kerja
diantara tenaga kerja yang dimiliki,
f) kepemimpinan : kejujuran,
agama, tujuan jangka panjang, proses manajerial (POAC),
g) Pemasaran : lokasi dan tempat
usaha,
E. Kegiatan Kewirausahaan
Menurut Pandangan Islam
Islam memang
tidak memberikan penjelasan secara eksplisit terkait konsep tentang
kewirausahaan (entrepreneurship) ini, namun di antara keduanya mempunyai kaitan
yang cukup erat; memiliki ruh atau jiwa yang sangat dekat, meskipun bahasa
teknis yang digunakan berbeda.
Dalam Islam
digunakan istilah kerja keras, kemandirian (biyadihi), dan tidak cengeng.
Setidaknya terdapat beberapa ayat al-Qur’an maupun Hadis yang dapat menjadi
rujukan pesan tentang semangat kerja keras dan kemandirian ini, seperti; “Amal
yang paling baik adalah pekerjaan yang dilakukan dengan cucuran keringatnya
sendiri, ‘amalurrajuli biyadihi (HR.Abu Dawud)”.
Hadis lain
menjelaskan bahwa “Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”; “al yad al
‘ulya khairun min al yad al sufla”( HR.Bukhari dan Muslim)(dengan bahasa yang
sangat simbolik ini Nabi mendorong umatnya untuk kerja keras supaya memiliki
kekayaan, sehingga dapat memberikan sesuatu pada orang lain), atuzzakah. Serta
dalam al-qur’an menjelaskan tentang “Manusia harus membayar zakat (Allah
mewajibkan manusia untuk bekerja keras agar kaya dan dapat menjalankan
kewajiban membayar zakat)” (Q.S. Nisa : 77).
Dalam sebuah ayat
Allah mengatakan, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan orang-orang yang beriman
akan melihat pekerjaan kamu”(Q.S. at-Taubah : 105). Oleh karena itu, apabila
shalat telah ditunaikan maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah
karunia (rizki) Allah. (Q.S. al-Jumu’ah : 10). Bahkan sabda Nabi, “Sesungguhnya
bekerja mencari rizki yang halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah fardlu”
(HR.Tabrani dan Baihaqi).
Nash ini jelas
memberikan isyarat agar manusia bekerja keras dan hidup mandiri.
Bekerja keras merupakan esensi dari kewirausahaan. Prinsip kerja keras, menurut
Wafiduddin, adalah suatu langkah nyata yang dapat menghasilkan kesuksesan
(rezeki), tetapi harus melalui proses yang penuh dengan tantangan (reziko).
Dengan kata lain, orang yang berani melewati resiko akan memperoleh peluang
rizki yang besar. Kata rizki memiliki makna bersayap, rezeki sekaligus reziko
(baca; resiko).
Dalam sejarahnya Nabi Muhammad, istrinya dan sebagian besar sahabatnya adalah
para pedagang dan entrepre mancanegara yang pawai. Beliau adalah praktisi
ekonomi dan sosok tauladan bagi umat. Oleh karena itu, sebenarnya tidaklah
asing jika dikatakan bahwa mental entrepreneurship inheren dengan jiwa umat
Islam itu sendiri. Bukanlah Islam adalah agama kaum pedagang, disebarkan ke
seluruh dunia setidaknya sampai abad ke -13 M, oleh para pedagang muslim. Dari aktivitas
perdagangan yang dilakukan, Nabi dan sebagian besar sahabat telah meubah
pandangan dunia bahwa kemuliaan seseorang bukan terletak pada kebangsawanan
darah, tidak pula pada jabatan yang tinggi, atau uang yang banyak, melainkan
pada pekerjaan.
Oleh karena itu,
Nabi juga bersabda “Innallaha yuhibbul muhtarif” (sesungguhnya Allah sangat
mencintai orang yang bekerja untuk mendapatkan penghasilan). Umar Ibnu Khattab
mengatakan sebaliknya bahwa, “Aku benci salah seorang di antara kalian yang
tidak mau bekerja yang menyangkut urusan dunia.
Keberadaan Islam di Indonesia juga disebarkan oleh para pedagang. Di samping
menyebarkan ilmu agama, para pedagang ini juga mewariskan keahlian berdagang
khususnya kepada masyarakat pesisir. Di wilayah Pantura, misalnya, sebagian
besar masyarakatnya memiliki basis keagamaan yang kuat, kegiatan mengaji dan
berbisnis sudah menjadi satu istilah yang sangat akrab dan menyatu sehingga
muncul istilah yang sangat terkenal jigang (ngaji dan dagang).
Adapun Motif
Berwirausaha Dalam Bidang Perdagangan menurut ajaran agama Islam, yaitu:
1. Berdangang buntuk mencari
untung?
Pekerjaan berdagang adalah
sebagian dari pekerjaan bisnis yang sebagian besar bertujuan untuk mencari laba
sehingga seringkali untuk mencapainya dilakukan hal-hal yang tidak baik.
Padahal ini sangat dilarang dalam agama Islam. Seperti diungkapkan dalam hadis
: “ Allah mengasihi orang yang bermurah hati waktu menjual, waktu membeli, dan
waktu menagih piutang.”
Pekerjaan berdagang masih dianggap sebagai suatu pekerjaan yang rendahan karena
biasanya berdagang dilakukan dengan penuh trik, penipuan, ketidakjujuran, dll.
2. Berdangang adalah hobi
Konsep berdagang adalah hobi
banyak dianut oleh para pedagang dari Cina. Mereka menekuni kegiatan berdagang
ini dengan sebaik-baiknya dengan melakukan berbagai macam terobosan.Yaitu
dengan open display (melakukan pajangan di halaman terbuka untuk menarik minat
orang), window display (melakukan pajangan di depan toko), interior display
(pajangan yang disusun didalam toko), dan close display (pajangan khusus
barang-barang berharga agar tidak dicuri oleh orang yang jahat).
3. Berdangang adalah ibada
Bagi umat Islam berdagang
lebih kepada bentuk Ibadah kepada Allah swt. Karena apapun yang kita lakukan
harus memiliki niat untuk beribadah agar mendapat berkah. Berdagang dengan niat
ini akan mempermudah jalan kita mendapatkan rezeki. Para pedagang dapat
mengambil barang dari tempat grosir dan menjual ditempatnya. Dengan demikian
masyarakat yang ada disekitarnya tidak perlu jauh untuk membeli barang yang
sama. Sehingga nantinya akan terbentuk patronage buying motive yaitu suatu
motif berbelanja ketoko tertentu saja.
4. Perintah kerja keras
Kemauan yang keras dapat
menggerakkan motivasi untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Orang akan berhasil
apabila mau bekerja keras, tahan menderita, dan mampu berjuang untuk
memperbaiki nasibnya. Menurut Murphy dan Peck, untuk mencapai sukses dalam
karir seseorang, maka harus dimulai dengan kerja keras. Kemudian diikuti dengan
mencapai tujuan dengan orang lain, penampilan yang baik, keyakinan diri,
membuat keputusan, pendidikan, dorongan ambisi, dan pintar berkomunikasi. Allah
memerintahkan kita untuk tawakkal dan bekerja keras untuk dapat mengubah nasib.
Jadi intinya adalah inisiatif, motivasi, kreatif yang akan menumbuhkan
kreativitas untuk perbaikan hidup. Selain itu kita juga dianjurkan untuk tetap
berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah swt sesibuk apapun kita berusaha
karena Dialah yang menentukan akhir dari setiap usaha.
5. Perdanganagn/berwirausaha
merupakan pekerjaan muliah jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
Pekerjaan berdagang ini mendapat tempat terhormat dalam ajaran Islam, seperti
disabdakan Rasul “ Mata pencarian apakah yang paling baik, Ya Rasulullah?”Jawab
beliau: Ialah seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual
beli yang bersih.” (HR. Al-Bazzar).
Dalam
QS.Al-Baqarah:275 dijelaskan bahwa Allah swt telah menghalalkan kegiatan jual
beli dan mengharamkan riba. Kegiatan riba ini sangat merugikan karena membuat
kegiatan perdagangan tidak berkembang. Hal ini disebabkan karena uang dan modal
hanya berputar pada satu pihak saja yang akhirnya dapat mengeksploitasi
masyarakat yang terdesak kebutuhan hidup.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
uraian di atas dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut.
1.
Dengan melihat realita secara jujur dan objektif, maka orang sadar bahwa
menumbuhkan mental wirausaha merupakan terobosan yang penting dan tidak dapat
ditunda-tunda lagi. Kita semua harus berpikir untuk melihat dan melangkah ke
arah sana.
2. Dalam Islam, baik dari segi konsep maupun praktik, aktivitas kewirausahaan
bukanlah hal yang asing, justru inilah yang sering dipraktikkan oleh Nabi,
istrinya, para sahabat, dan juga para ulama di tanah air. Islam bukan hanya
bicara tentang entrepreneurship (meskipun dengan istilah kerja mandiri dan
kerja keras), tetapi langsung mempraktikkannya dalam kehidupan nyata.
3.
Lembaga pendidikan melalui para praktisinya harus lebih konkret dalam
menyiapkan program kegiatan pembelajaran yang benar-benar dapat mendorong
tumbuh dan berkembangnya spirit kewirausahaan mulai dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi.
Saran
Dari
pembahan mengenai kewirausaahaan yang telah dibahas dalam makalah ini. Beberapa
saran sebangai motivasi antara lain;
1. Dalam islam telah mewajibkan
kepada ummatnya untuk berusaha, meka bangkitkanlah jiwa-jiwa kewirausahaan
tersebut.
2. Janganlah merasa gagal
sebelum mencobah, kegagalan bukanlah akhir dari segalanya melainkan sebuah hasil yang tertunda.
Untuk mengetahui lebih banyak silahkan klik
disini